Saturday, April 29, 2006

Komunitas Ini Bisa Dirancang Menjadi Gerakan yang Hebat

Catatan Pendiri Epistoholik Indonesia (EI) Bambang Haryanto Tentang JEJAK

Salam Episto ergo sum. Saya menulis surat pembaca karena saya ada. The Butterfly Effect. Adegan mana dalam film Jurassic Park yang paling Anda ingat ? Bagi saya, adalah omongan ilmuwan yang dibintangi Jeffrey Goldblum mengenai apa yang terkenal dengan sebutan teori “efek kupu-kupu”. Atau Butterfly Effect.

Teori yang terkenal dalam disiplin ilmu klimatologi. Ilmu iklim. Ringkasnya, alam ini memiliki saling ketergantungan. Sehingga kepak sayap kupu-kupu di Beijing dikisahkan akan mampu menghadirkan topan badai di pelabuhan Sydney, Australia. Kalau boleh dianalogikan, tangis, doa dan bisikan cinta seseorang di Bromley, Inggris, juga akan mampu menjangkau anak-anak yatim, dhuafa, baik di Aceh, Poso, Ambon, Wonogiri (saya juga anak yatim piatu kini) atau pun di Bosnia.

Adegan menarik lainnya dari Jurassic Park adalah tentang dinosaurus-dinosaurus yang ditangkarkan, di mana menurut rencana hanyalah berkelamin jantan semata. Tetapi di hutan, para ilmuwan dari situs penangkaran dinosaurus yang dimiliki jutawan eksentrik (dimainkan oleh aktor Inggris, Sir Richard Attenborough), mereka menemukan telur-telur dinosaurus.

Salah satu ilmuwan itu (dimainkan oleh aktor Australia, aku lupa. Sam... ), kemudian bilang bahwa, Life will find a way. Kehidupan akan selalu menemukan jalannya sendiri.

Bagi saya, love will find a way, too. Ini pepatah Inggris dari abad l6. Cinta akan menemukan jalannya tersendiri, pula. Pepatah tersebut, bagi saya, hari-hari ini ternyata sangat terkait dengan kiprah-kiprah saya dan kita sebagai kaum epistoholik, yaitu mereka yang kecanduan dan menikmati hidup dengan menulis surat-surat pembaca. Baik mereka yang tergabung dalam komunitas Epistoholik Indonesia, atau belum. Saya akan bercerita di bawah ini tentang kebahagiaan di jalan-jalan cinta itu untuk Anda semua.

Jeplak Dan JEJak Di Jakarta. Anda kenal dengan komunitas Jeplak ? Ini merupakan singkatan “Jaringan Epistoholik Palmerah Kompas”. Jangan percaya dulu, komunitas itu hanya ada dalam bayangan saya.

Yang kini sedang dirintis adalah Jaringan Epistoholik Jakarta (JEJak), alamat email : infojejak@yahoo.com, website : http://infojejak.blogspot.com, dan milis : http://groups.yahoo.com/group/infojejak/. Pelopornya, pengusaha agen media yang inovatif, Budi Purnomo. Beliau belum saya kenal. Beliau telah kirim SMS kepada saya, mencari tahu keberadaan cabang komunitas Epistoholik Indonesia (EI) di Jakarta.

Saya jawab, di Jakarta memang ada warga EI di sana. Ibu Asrie M. Iman, lulusan FEUI, mantan eksekutif HRD perusahaan minyak internasional. Juga ada Dr. Pudyanto, dokter di RS Sint Carolus, penulis surat pembaca yang saya kenali karyanya sejak 1980-an, saat saya berkuliah di UI Jakarta. Beliau lulusan Kedokteran UGM.

Kedua beliau tersebut pernah saya kontak, tetapi, ah, itu sudah lama sekali. Tetapi cabang EI di Jakarta memang belum ada. Lalu saya ajukan usul, bagaimana kalau Mas Budi memeloporinya.

Saya usulkan ke Mas Budi agar menghimpun beberapa peminat penulisan surat pembaca. Baik pelajar atau mahasiswa. Atau kaum pensiunan. Silakan mereka memilih media yang ia sukai. Lalu Mas Budi yang punya blog Surat Pembacaku dapat membimbing mereka.

Kalau dimuat, si penulisnya bisa dikontak. Sokur kalau dirinya lalu membeli media bersangkutan. Mas Budi silakan tersenyum, karena dapat konsumen langsung ya. Atau mereka boleh menfotokopinya.

Saya punya impian (jangan lupa motto hidup saya : dreams is my business) bahwa komunitas ini bisa dirancang untuk membesar, bahkan dapat menjadi gerakan hebat dan unik guna mencerdaskan bangsa, melalui aktivitas penulisan SP-SP yang bermanfaat.

Boleh jadi, berpeluang akan lahir “institusi pers” yang baru, orisinal, bahkan yang pertama di dunia, tentu saja, komunitas kaum epistoholik seperti EI kita selama ini.

Go Ahead, Mas Budi Purnomo !

No comments: